Jumat, November 28, 2008

INILAH CINTA

Kamis, 20 November 2008 04:03

Pernahkah anda definisikan "cinta"? Dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan dengan "sayang sekali" atau "suka sekali". Saya sendiri tidak berani mendefinisikan lebih jauh, khawatir diprotes para pakar bahasa. Namun saya ingin mengajak anda untuk membahas lebih dalam masalah cinta ini, karena cinta adalah kebutuhan seluruh manusia, baik manusia normal maupun tidak.

Dalam kehidupan keseharian, kita bisa melihat bahwa cinta bisa menjadi kekuatan terbesar yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu, bahkan yang tidak mungkin sekalipun. Cinta mampu membuat manusa menembus batas dirinya, meraih sesuatu diluar jangkauannya. Cinta juga membuat manusia melakukan sesuatu dengan senang hati, walaupun pekerjaan itu awalnya tidak disenangi. Cinta membuat hidup menjadi lebih bergairah seakan memberikan sebuah harapan baru. Itulah cinta, sebuah kekuatan luar biasa yang dimiliki manusia.

Antara “Cinta” dan “Hasrat”

Saya juga meyakini bahwa cinta itu sebuah proses, bukan buah atau hasil. Proses saling mengasihi, proses saling menyayangi, proses saling berbagi bahkan pengorbanan. Cinta merupakan proses fitrah, bukan rekayasa. Dia bisa tumbuh karena dorongan fitrah dalam diri manusia atau setelah ada kecocokan interaksi dan menimbulkan saling ketergantungan.

Cinta seringkali rancu dengan hasrat (desire) yang juga merupakan bagian dari fitrah manusia. Hasrat menimbulkan ketertarikan dan ingin memiliki terhadap sesuatu. Hasrat mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk kebutuhan akan cinta. Hasrat bukanlah “cinta” itu sendiri, namun salah satu yang mendorong seseorang untuk mendapatkan cinta, cinta dari sang kekasih.

Cinta mendorong manusia untuk saling menyayangi, saling memberi dan pengorbanan. Sementara hasrat mendorong manusia untuk bercumbu. Kegiatan pacaran misalnya, bukanlah kegiatan orang yang dimabuk cinta, melainkan kegiatan orang yang sedang melampiaskan hasrat terpendam. Walaupun harus diakui bahwa terkadang aktifitas seksual dapat mendorong tumbuhnya rasa cinta, namun setelah melewati berbagai proses dan beberapa ujian. Jadi tidak semua orang yang saling memiliki hasrat bisa menemukan kebahagiaan, karena kebahagiaan itu justru ada bersama cinta.

Rasulullah SAW bersabda, Jika seseorang mencintai saudaranya karena Allah, maka kabarkanlah bahwa ia mencintainya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi). Hadits tersebut adalah anjuran kita untuk mengkabarkan cinta kita pada saudara kita, namun karena ada kerancuan arti “cinta” dan “hasrat” membuat kita menjadi enggan untuk mengungkapkannya cinta kita pada para saudara muslim, karena malah bisa menimbulkan fitnah. Padahal dahulu Rasulullah SAW dan para sahabat beliau terbiasa mengungkapkan rasa cinta diantara mereka.

Cinta Sejati

Cinta sejati hanya ada pada cinta Rasulullah terhadap ummatnya dan cinta orang tua pada anaknya. Cinta sejati tumbuh bukan karena dorongan hasrat, namun ia tumbuh karena kasih sayang yang tulus. Cinta orang tua menjadi sejati, karena cinta itu telah dimulai sejak sang anak berada dalam kandungan. Tak ada yang diberikan anak pada orang tuanya, selain kebahagiaan dan rasa bangga menjelang kelahirannya sebagai si buah hati yang mungil dan lucu. Sang anak tak bisa mengucapkan kata-kata manis pada orang tuanya, dia hanya bisa menangis, rasa cinta orang tualah yang membuat mereka memenuhi kebutuhan sang anak. Anak begitu menggantungkan kehidupannya pada orang tuanya, dan orang tuanya dengan tulus memberikan kasih sayangnya, karena mereka merasa bahagia melakukan itu, itulah cinta.

Cinta antara Rasulullah SAW terhadap ummatnya dan orang tua pada anaknya tidak melalui proses memilih. Rasulullah SAW tidak bisa memilih siapa saja yang menjadi ummatnya dan kitapun tidak bisa memilih siapa yang dipilih Allah menjadi Rasulullah. Orang tua tak bisa memilih siapa yang lahir dari rahimnya, anak pun demikian, dia tidak bisa memilih lahir dari rahim siapa. Siapapun yang lahir dari rahimnya, itulah anaknya, buah hatinya tempat mencurahkan kasih sayangnya. Dari siapapun kita dilahirkan, kita tidak bisa memilih, merekalah orang tua kita dan kita harus menyayanginya, itulah cinta.

Sedangkan cinta pada lawan jenis, bukanlah cinta sejati. Namun sebuah aktifitas manusia yang didahului oleh hasrat. Hasrat menggerakan kita untuk memilih, berinteraksi, baru kemudian memutuskan untuk bekerja sama menggapai cinta. Jadi jika ada seseorang yang mengatakan cinta pada anda, tanyakan benarkah demikian. Jangan-jangan yang ingin disampaikan adalah “aku berhasrat padamu”.

Saya pernah melihat sepasang sejoli yang sudah renta, saya perkirakan berumur 70 tahunan, dengan mesranya bergandengan tangan dipagi hari, mereka berolah raga dengan berjalan kaki mengelilingi sebuah taman kota. Setelah beberapa keliling, sang suami berkata pada istrinya,

“Sudah cape belum ma?” tanyanya dengan lembut

“Belum pa, mama masih kuat 3 keliling lagi. Kenapa? Papa capek ya?” jawab sang istri tidak kalah lembutnya.

“Capek sih, tapi masa papa kalah sama mama. Ayo papa temenin 3 keliling lagi”

“Jangan dipaksa pa, mending kita duduk di bangku taman itu yuk” Sang istri menutup perbincangan sambil menggandeng tangan suaminya ke bangku taman.

Saya tersenyum mendengar percapakan itu. Percakapan dengan nada yang lembut namun kuat akan kesan kasih sayang didalamnya. Keduanya tampak begitu bahagia terlihat begitu nyaman bersama pasangannya. Itulah cinta, walau sudah keriput dan renta, kasih sayang itu masih tercurah diantara keduanya.

Jangan heran bila ada yang menikah namun mahligai rumah tangganya berantakan. Itu karena mereka gagal menumbuhkan cinta, mereka hanya berhasil membangun ikatan untuk penyaluran hasrat belaka. Padahal kebahagiaan itu ada dibalik cinta, bukan pada pemenuhan hasrat.

Cinta yang hakiki

Cinta yang hakiki hanya ada pada Allah SWT Sang Maha Pencipta. Makhluknya tidak memberikan apa-apa pada-Nya. Namun DIA curahkan kasih dan sayangnya kepada makhlukNya dengan begitu banyak nikmat dan anugerah. Sedangkan kita hanya bisa selalu meminta, justru menggantungkan seluruh harapan kepadaNya. Tak ada yang bisa kita berikan, semua yang ada pada diri kita adalah millikNya. Kita tidak memiliki sesuatu yang tiada dimilikiNya dan kita tidak memiliki sesuatu yang bukan milikNya.

KasihNya tidak hanya tercurah pada makhluk-makhlukNya yang taat saja, seluruh makhluk ciptaanNYa tetap merasakan kasihNya. Namun “sayang”Nya hanya diberikan pada mereka yang mencintaiNya atau mereka yang telah berusaha untuk mencintaiNya. Itulah cinta...

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS Al-Baqarah:165)

Sahabat Ibnu Umar ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Di antara hamba-hamba Allah ada sekelompok manusia yang mereka bukan nabi dan bukan pula syuhada', tetapi mereka mendapatkan kemuliaan di sisi Allah sejajar dengan para nabi dan para syuhada'." Lalu para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, khabarkanlah kepada kami siapakah mereka itu?" Jawab Rasulullah: "Mereka adalah sekelompok orang yang saling memadu kasih karena Allah, bukan karena motivasi kekerabatan maupun materi. Demi Allah, wajah mereka bersinar bagaikan cahaya, bahkan mereka adalah cahaya di atas cahaya. Mereka tidak merasa takut ketika umat manusia dilanda perasaan takut" Lalu Rasulullah saw membaca ayat: "Dan ingatlah, bahwa para kekasih Allah tidak akan pernah dilanda perasaan takut dan tidak pernah pula dilanda perasaan sedih." (HR. Abu Dawud).

Wallahu a’lam

[Ahmad Qudratu SQ, SE]

Tentang Perempuan

Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah menangis
manakala ia datang bersama Fatimah . Lalu keduanya bertanya mengapa Rasul
menangis.

Beliau menjawab, "Pada malam aku di-isra'- kan , aku melihat
perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan. Itulah
sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat
dan mengerikan siksanya.

Putri Rasulullah kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya. "Aku
lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat
perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair
dituangkan ke dalam tengkoraknya.

Aku lihat perempuan tergantang kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai
ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.

Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya
dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan
tali perutnya sendiri.

Aku lihat perempuan yang telinganya pekak dan matanya buta, dimasukkan ke
dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung,
badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.

Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan
dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api
masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malikat memukulnya
dengan pentung dari api neraka," kata Nabi.

Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu?

*Rasulullah menjawab, "Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung
rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya
sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.

*Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang 'mengotori' tempat
tidurnya.

*Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat
kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang
tidak mau mandi suci dari haid dan nifas.

*Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk
lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.

*Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena
ia memperkenalkan dirinya kepada orang lain bersolek dan berhias supaya
kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.

*Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya
diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa shalat tapi tidak
mengamalk! annya dan tidak mau mandi junub.

*Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah
tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan
yang suka memfitnah dan membenci suami."

Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. Dan
inilah peringatan kepada kaum perempuan.

~nees~ di forum dudung

Kamis, November 27, 2008

[LUCU] Puisi Jatuh Cinta Anak Accounting (2)

dibalas oleh kekasihnya yang orang IT

wahai engkau Fedora hatiku,
untukmu, kan kubuka Firewall hatiku...
tak kan ada Password di pintu hati ini untukmu...
Browsing hatiku sesuka hatimu
wahai engkau Fedora hatiku,

Installkan benih sayangmu padaku,
kan kujaga engkau dihatiku,...
dari Spam orang ketiga,
ataupun virus kebencian mantan-mantanku...

Jadikan aku Screensaver yang menghiasi mimpimu,...
Jadikan aku Themes abadi di desktop hidupmu,...
Kan kujadikan engkau Shield langkahku,...

Jauh didalam folder hatiku ini,...
aku sangat mencintaimu

~ sai ~

Selasa, November 25, 2008

[LUCU] Puisi Jatuh Cinta Anak Accounting

Wahai Kekasihku...
Debetlah cintaku di neraca hatimu
Kan ku jurnal setiap transaksi rindumu
Hingga setebal Laporan Keuanganku

Wahai kekasih hatiku...
Jadikan aku manager investasi cintamu
Kan ku hedging kasih dan sayangmu
Di setiap lembaran portofolio hatiku
Bila masa jatuh tempo tlah tiba
Jangan kau retur kenangan indah kita
Biarlah ia bersemayam di Reksadana asmara
Berkelana di antara Aktiva dan Passiva

Wahai mutiara kalbu ku.....
Hanya kau lah Master Budget hatiku
Inventory cintaku yang syahdu
General Ledger ku yang tak lekang ditelan waktu

Wahai bidadariku.. ...
Rekonsiliasikanlah hatiku dan hatimu
Seimbangkanlah neraca saldo kita
Yang membalut laporan laba rugi kita
Dan cerahkanlah laporan arus kas kita selamanya
Jika di hari closing nanti, Tidak ada kecocokkan saldo
mungkin cinta kita harus dijurnal balik...

~ sai ~

Jumat, November 21, 2008

Sajak Pemulang

Sajak Pemulung

1

kisah-kisah sampah yang kau tuturkan dengan secobek bumbu lambe

lewat liuk goresan pena merah menyala seperti bubur matahari

tak bakal mampu merayu senja yang mulai bosan

tenggelam bersama cerita usang

tentang negeri malang yang tak henti dirudung coba

tempat kita berdiri mengais plastik-plastik

penuhi karungmu itu lebih penting ketimbang mendengar celoteh janji kemenangan untuk kaum pinggiran seperti kita

2

maka tong-tong bergrafiti di bangunan-bangunan megah itu tak lagi jadi sumber rezeki kita

kadang senyum konyol menyembul di pipi-pipi kurusmu

sebab apa kadang kita harus berebut dengan waktu

sekilo lima ratus, sedangkan nasi kucing mustahil setara

karena harga-harga kebutuhan ikut gagap

ah!

Eko Prasetyo

2008

Kamis, November 20, 2008

Aku Benci film Laskar Pelangi !

Aku Benci film Laskar Pelangi !

Setelah berwiken-wiken tak kebagian antrian, akhirnya kesampaian jua lah keluarga togog
menyaksikan film heboh tahun ini, Laskar Pelangi.



Tapi setelah nonton,
Aku Benci film Laskar Pelangi !
Di saat selera pasar file kita (katanya) berkisar `paha dan payudara' bersanding dengan
`dunia klenik', sungguh film Laskar Pelangi telah melakukan pelanggaran serius terhadap
pakem selera pasar. Lha rak itu merupakan penghinaan terhadap intelektual penonton
Indonesia, wong seleranya jelas-jelas film semcam `kutunggu jandamu' hingga `pocong vs
kuntilanak' kok tega-teganya mba mira mbikin film yang indah. Lebih masalah lagi, kok
Laskar Pelangi bisa laris manis tanjung kimpul ?!

Ya !
Aku Benci film Laskar Pelangi !
Lha wong cuman film kok, bisa-bisanya pejabat tinggi kita menangis terharu pas nonton.
Tapi terus terang, togogkecil juga mengusap air mata ketika Lintang pamitan tak lagi
mampu sekolah. Masyarakat kita memang melankolis poll, wong film yang cantik tentang
persahabatan yang jujur kok malah bikin meneteskan air mata terharu. Tapi di Porong,
ada puluhan ribu manusia yang menderita akibat lumpur, dan belum pernah terdengar ada
pejabat yang mbrambang, apalagi sampai mbrebes mili menyaksikan kisah nyata tentang
ketercerabutan puluhan ribu manusia dari lingkungan mereka. Itu kisah nyata lho, bukan
film, dan rasanya ga bakal ada yang berminat mem-film-kan kisah ini. Film ternyata lebih
bisa menyedot emosi tinimbang kenyataan hidup manusia. Benci aku !

Benar !
Aku Benci film Laskar Pelangi !
Kemiskinan itu begitu indah. Ya, mbak mira memang piawai mengambil sudut-sudut
indah kemiskinan struktural. Saking indahnya, sampai-sampai kita sayang banget jika
hendak mengentaskan manusia dari kemiskinan. Boro-boro mengentaskan yang miskin,
penalangan konglomerat yang hampir bangkrut rasanya mendapat prioritas lebih tinggi.
Apalagi mba mira lewat film ini mengajari kita untuk nda usah ikut mengentaskan orang
miskin dari kemiskinan struktural, kisah perjuangan mereka mengentaskan diri dari
kemiskinan jauh lebih indah tinimbang dientaskan oleh orang lain. Miskin aja bisa kuliah
di sorbone lho walaupun dari beasiswa, dan itu jauh lebih menarik tinimbang kisah
rombongan anak pejabat kuliah di Adelaide.

Sungguh,
Aku Benci film Laskar Pelangi !
Gedung SD Muhammadiyah yang doyong disangga dua batang kayu itu sungguh cantik,
membuat kita lupa bahwa di seputaran jabotabek ada puluhan gedung sd yang
keadaannya tak jauh beda.

Suwer,
Aku Benci film Laskar Pelangi !
Mosok ada film akhir 2008 tanpa dialog canggih macam "you say akyu", "bechekh, ga
adha ojekh", apalagi makian fulgar ala sinetron.
Dialog dengan logat melayu bitong itu terasa sangat jujur, menggelitik kuping.
Yang lebih menjengkelkan lagi, akting anak-anak itu terasa jauh lebih wajar tinimbang
sinetron yang menguasai jam tayang tivi. Tak ada teriakan yang berlebihan, tak ada raut
muka yang dibuat-buat, tak ada mata melotot pura-pura marah.

Tapi,
Jangan-jangan aku benci sama diriku sendiri,
yang menyalahkan cermin retak bukannya wajah yang bopeng.

Kuakui,
Bu Mus memang cantik ;)

Bks,
20081120
togog_tejamantri <togog_tejamantri@...>

Selasa, November 18, 2008

JILBAB oh JILBAB

berawal dr kasus foto murid2q karena berjilbab dianggap tdk sesuai oleh kepsek utk ijazah yg akhirnya kena sortir, kemudian q beranikan diri tuk minta pendapat teman2. dari seorang kepsek juga akhirnya q dpt beberapa penguatan salah satunya info ttg JILBAB ada SK No. 100/C/Kep/D/1991.

hasilku tanya mas google menggunakan keyword "SK No. 100/C/Kep/D/1991" adalah sbb

  1. To Cover the Aurat:
    Veiling, Sexual Morality and Agency among the Muslim Minangkabau, Indonesia
  2. JILBAB
  3. INFLASI JILBAB
juga ada link ke gemapembebasan, tp karena hingga posting ini sy kirim link tsb tdk dpt di akses. maka dibawah ini aku cantumkan tulisan gemapembebasan, aku dpt kiriman jg dr bu lisda, selamat menikmati

dapet dari pak Google:

GEMA Pembebasan
Rubrik : Gagasan
Mengenang 12 Februari, Hari Proklamasi Kemerdekaan Jilbab
Jumat, 25 Januari 08 - by : Teguh Susanto
Oleh Teguh S Alumni GP Jember
Sebagai bentuk dukungan moral thd kasus pemakai jilbab di institusi pendidikan di Indonesia

Munculnya gelombang besar kesadaran berjilbab sepanjang tahun 1980-an merupakan fenomena yang sangat menarik untuk diamati dan dikenang. Agaknya bisa dipastikan bahwa belum pernah terjadi sebelumnya di Indonesia munculnya suatu gelombang kesadaran untuk mengenakan buasana muslimah yang semacam ini. Fenomena ini lebih menarik lagi mengingat hal ini terjadi di kalangan remaja putrid sekolah menengah dan pada sekolah-sekolah negeri, bukan madrasah atau sekolah-sekolah Islam – gejala yang sama juga terjadi secara berbanding lurus di kampus-kampus negeri seperti UI, ITB, IPB, UGM, IKIP Jakarta, IKIP Malang, dsb.

Fenomena ini kemudian diwarnai dengan kasus-kasus yang berkaitan dengan jilbab. Di SMAN 1 Jember pada awal tahun 1982, Triwulandari, siswi di sekolah itu yang baru mengenakan kerudung, segera mendapatkan tantangan. Ia dipaksa pulang oleh kepala sekolah karena dianggap melanggar pakaian seragam sekolah dan dituduh sebagai anggota Jamaah Imron. Ia bahkan sempat dipanggil oleh Kodim 0824 Jember dan ditanyai tentang Jamaah Imron. Empat belas organisasi remaja masjid, organisasi ekstra pelajar, dan mahasiswa di Jember kemudian menyurati kepala sekolah SMAN 1 Jember (tertanggal 1 Februari 1982), meminta agar siswi berkerudung tetap diijinkan bersekolah dalam pakaian muslimah. Kepala Sekolah, I Made Rempet, menjawab langsung surat itu bahwa ia tak berhak mengijinkan, kalau tidak ada ijin dari Gurbernur. Surat berikutnya yang dikirimkan oleh dua anggota remaja masjid di Jember (tertanggal 5 Februari 1982) tidak mendapat balasan.

Pada akhir tahun 1990, masalah jilbab banyak diangkat di media massa. Saat itu, beberapa media memainkan peranan memberi tekanan pada pemerintah untuk media menyelesaikan masalah seragam sekolah. Harian Piukiran Rakyat beberapa kali mengangkat tema kerudung pada “Tajuk Rencana”-nya. Pada satu kesempatan, harian ini mengkritik birokrasi Indonesia telah menyapa siswi-siswi pemakai jilbab bukan dengan tradisi memahami, melainkan tradisi peraturan. Pada kesempatan berikutnya tulisan dibuka dengan pernyataan ini,
“Kita selalu menentang segala aturan yang menyengsarakan masyarakat kita karena kebebasan beribadahnya dibatasi. Dapatkah kita membayangkan betapa menderitanya orang-orang yang dilarang beribadah, dan diancam bila mereka beribadah? Dapatkah kita membayangkan perasaan dosa bagi orang-orang yang tidak beribadah akibat suatu larangan?

Harian Terbit, juga pada akhir tahun 1990, mengangkat masalah ini sering lagi. Beberapa saat sebelumnya telah terjadi demonstrasi di Bandung, menuntut dicabutnya larangan berjilbab di sekolah. KH Dawam Anwar, pimpinan Pondok Pesantren An-Nur Al-Kasysyaf, Bekasi Jawa Barat, mengkritik penyalahgunaan kekuasaan oleh beberapa oknum. Pelarangan jilbab menurutnya tidak sesuai dengan Pancasila. Beberapa terbitan berikutnya juga mengingatkan pemerintah untuk meninjau ulang peraturan seragam sekolah yang ada.

Sementara itu masih saja terjadi pelarangan jilbab, kali ini di SMA 1 dan 4 Bekasi. Siswi-siswi di sekolah itu tidak diberi soal ujian. Mereka bersama pelajar-pelajar lainnya, seluruhnya 100 orang, kemudian mendatangi Kantor Mahkamah Agung untuk menyampaikan beberapa tuntutan, tetapi tidak berhasil menemui Ketuanya, Ali Said, karena sedang keluar kota. “Cabut SK Dikdasmen No. 052 tahun 1982 hari ini juga”, “Jilbab Yes : Rok Mini No?”, begiru poster-poster yang mereka bawa.
Pada saat yang sama, rupanya sedang ada pembicaraan intensif antara MUI dan Depdikbud. Pihak Depdikbud, di bawah Menteri dan Dirjen Dikdasmennya, Fuad Hasan dan Hasan Walinono, mau tidak mau mempertimbangkan kembali peraturan seragam yang ada. Tekanan dari masyarakat, media massa dan MUI semakin kuat. Sementara di tingkat nasional, berdirinya ICMI, telah merubah haluan Pemerintah lebih akomodatif terhadap Islam. Fuad Hasan, pada awalnya terlihat enggan untuk mengubah peraturan seragam, boleh jadi karena sikap Orde Baru yang selama ini cenderung anti Islam. Namun, bandul telah bergeser dan Dekdikbud pun mau tidak mau harus mengikuti arah bandul irtu.
Akhir 1989 atau awal tahun 1990, MUI mengadakan Munas dan menghasilkan keputusan perlunya meninjau kembali peraturan tentang seragam sekolah. Menindaklanjuti hasil munas tersebut, MUI beberapa kali melakukan pertemuan dengan Dekdikbud, terutama dengan Hasan Walinono, Dirjen Dikdasmen. Pada pertemuan di sebuah restoran di Kawasan Monas bulan Desember 1990, kedua belah pihak sepakat untuk menyempurnakan peraturan seragam sekolah. Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu itu tiba. Pada tanggal 10 Februari 1991, SK seragam sekolah yang baru resmi ditandatangi, setelah melalui proses konsultasi dengan banyak pihak, termasuk Kejaksaan Agung, MENPAN, Pimpinan Komisi IX DPR RI, dan BAKIN.

Dalam SK yang baru itu, SK No. 100/C/Kep/D/1991, tidak disebutkan kata jilbab, tetapi yang digunakan adalah istilah “seragam khas.” Dalam peraturan tersebut dinyatakan “siswi putrid (SMP dan SMA) yang karena keyakinan pribadinya menghendaki penggunaan pakaian seragam sekolah yang khas dapat mengenakan pakaian seragam khas yang warna dan rancangan sesuai lampiran III dan IV.” Pada lampirannya bisa dilihat bentuk seragam khas yang dimaksud, yang tidak lain adalah busana muslimah dengan jilbab atau kerudungnya. Bentuknya jelas beda dengan bentuk tutup kepala pada SK sebelumnya yang lebih mirip topi mandi. Masih terlihat “gengsi” pemerintah untuk mengakui istilah yang biasa digunakan untuk pakaian seperti itu, termasuk juga untuk mengakui pengaruh protes masyarakat dalam penyusunan SK baru tersebut. Namun bagi umat Islam, hal ini tidak begitu penting, mengingat aspirasi mereka telah diperhatikan dan diakomodasi lewat apa yang disebut dengan “seragam khas” tadi.
Bebarapa masalah jilbab yang tersisa serasa tak berarti dibandingkan gerbang kemerdekaan yang sudah terlihat di depan mata. Kegembiraan atas munculnya peraturan baru ini diekspresikan dengan berbagai macam cara. Majalah Panji Masyarakat menyebutkan sebagai “habis gelap terbitlah terang”, mengingatkan kita pada kumpulan tulisan Kartini yang dibukukan. Hari ditandatanganinya SK No. 100 tahun 1991 disebut-sebut juga dengan Hari Proklamasi Kemerdekaan Jilbab. Kebetulan tahun 1991 ditetapkan oleh pemerintah sebagai tahun kunjungan wisata Indonesia, Visit Indonesia Year. Sebuah SMA di daerah Jakarta Timur mengabadikan tema ini dalam sebuah spanduk – setelah diplesetkan tentunya – Visit Jilbab Year 1991. di beberapa tempat juga diselenggarakan sujud syukur atas kebebasan memakai jilbab di SMP dan SMA negeri ini. Mulai detik penandatanganan SK 100 1991 itu, sudah semestinya di Indonesia ini tidak ada tindakan-tindakan pada institusi-institusi pendidikan pada tingkatan manapun. Mereka sudah tidak punya alasan lagi utuk mendeskriditkan para jilbaber maupun mengintimidasi mereka.

Sejak tahun 1991 itu, dimulaialah sebuah era baru bagi para muslimah di sekolah-sekolah negeri. Mereka tidak lagi “bongkar pasang” jilbab setiap kali pergi ke sekolah, berangkat dengan memakai jilbab dari rumah, melepasnya ketika sampai di gerbang sekolah, dan mengenakannya kembali ketika pulang ke rumah. Tak ada lagi tarik menarik tas dengan guru, dipaksa keluar kelas, dipanggil oleh kepala sekolah, mendapatkan sindiran setiap saat, atau hal-hal yang tidak mengenakkan lainnya.

Problem Jilbab Pasca 1991

Satu masalah masih tersisa setelah keluarnya SK 100 tahun 1991, yakni masih banyaknya siswi muslimah yang tidak mengenakan jilbab itu sendiri. Mungkin mereka belum tahu betul hukum wajibnya dan batasan mengenakan busana muslimah. Atau bisa jadi, sebenarmya mereka tahu hal ini, tapi meremehkan dan lebih rela menjadi korbam westernisasi. Masih banyak siswi yang takut, canggung, bahkan risih mengenakan pakaian dan seragam muslimah. Padahal sejatinya, dengan pakaian muslimah itu, mereka lebih terlihat santun, terhormat dan anggun.

Masalah kedua yang sangat penting adalah dampak dari semakin mudahnya pelajar menakai jilbab. Jilbab dan kerudung bahkan kini menjadi trend bagi sebagian orang. Hal ini membuat pemakai jilbab pada hari ini lebih “cair” dibanding generasi sebelumnya. Maksudnya, banyak muslimah yang memakai jilbab, tetapi pada saat yang sama lupa untuk menjaga nilai-nilai agama lainnya. Tidak sedikit diantara mereka yang berpacaran dan berdua-duaan tanpa rasa canggung. Banyak juga yang akhlaknya buruk sehingga membuat citra jilbab dan juga Islam (karena jilbab merupakan salah satu simbol Islam yang penting) menjadi turun dalam pandangan umum. Orang-orang kemudian berkata , “Ah…dia aja yang pakai jilbab kayak gitu.’ Umat Islam pun hanya bisa menangis melihat kenyataan ini, itupun kalau mereka masih punya hati nurani.

Kondisi ini berbeda sekali dengan generasi awal pemakai jilbab di sekolah-sekolah negeri. Mereka menjaga akhlak mereka. Ketika mereka hijrah dari busana jahiliyah ke busana yang Islami, maka yang berubah bukan hanya pakaian mereka, bukan hanya tampilan luarnya saja, tetapi juga keimanan, ideology, akidah serta perilakunya. Di bidang akademik juga mereka umumnya berprestasi. Tidak sedikit yang berhasil dengan NEM tinggi dan masuk di perguruan-perguruan tinggi negeri favorit. Bagi mahasiswi, lulus dengan predicat cloumlude. Perubahan pada diri mereka adalah perubahan yang kaffah (menyeluruh), perubahan revolusioner. Perubahan yang pada gilirannya berikutnya membawa juga ke tengah-tengah masyarakat mereka. Inilah yang menjadikan mereka berbeda. Semoga Allah meridhoi para aktivis yang dahulu, sekarang dan pada masa-masa mendatang, tetap teguh memperjuangkan dan memasyarakatkan jilbab serta nilai-nilai yang dibawa jilbab itu. Menjadikan masyarakat menjadi mengenal, memahami, menyayangi Islam dan menerapkan dalam kehidupan. Wallahu ‘alam bish showab.
GEMA Pembebasan : http://www.gemapembebasan.or.id
Versi Online : http://www.gemapembebasan.or.id/?pilih=lihat&id=495

Minggu, November 16, 2008

server ilmu komputer bisa dibobol juga


beberapa teman ngaku gak bisa browsing ilmukomputer.com, penasaran....
ach yg bener aja .... masak server para ahli bisa dibobol juga
aku coba....
ketik.... ilmukomputer.com.....
loading...
dan ternyata bener yg tampil spt di atas.

server lumpuh --sebagaimana yg diakui Mr Romi-- akibat serangan dan injeksi bertubi-tubi.

walhasil, saran bang napi....
sedia payung sebelum hujan
karena sekarang musim hujan... he he he

data di blog n media online kita yg lain guna menghindari serangan2 dan trouble alangkah lebih bijak kalau kita punya backup di desktop kita.

program semisal offline explorer dan lainnya bisa menjadi alternatif menyimpan web/blog kita.

Selasa, November 11, 2008

iseng abiz kuliah


dg gambar yg sama bisa dibuat spt malam atau tampak siang, ato malah tampak aneh... ehm :-)

Psikologi ala Darwin Ternyata Keliru

Profesor Belanda:
Psikologi ala Darwin Ternyata Keliru



Written by Cholis Akbar

Monday, 16 June 2008 15:52

Ilmu psikologi yang dijelaskan berlandaskan teori evolusi Darwin ternyata keliru, kata para pakar. Metoda dan datanya tidak bisa dijadikan bukti. Psikologi evolusioner ala Darwin mulai tumbang !

Hidayatullah.com–Pakar biologi asal Belanda, Johan J. Bolhuis, yang juga presiden Royal Dutch Zoological Society, baru-baru ini menulis di terbitan ilmiah pro-evolusi terkemuka, Science, 6 Juni 2008. Di jurnal itu, profesor di Institute of Biology, Leiden University, Belanda ini membedah sebuah buku penting yang baru terbit, Evolutionary Psychology as Maladapted Psychology (Psikologi Evolusioner sebagai Psikologi Salah Tempat), karya Robert C. Richardson.

Buku tersebut membongkar kekeliruan penerapan teori evolusi Darwin di bidang psikologi. Pendekatan evolusi ini menarik perhatian kalangan masyarakat luas karena, sebagaimana dituturkan Bolhuis, seringkali menyentuh bahasan-bahasan seperti birahi manusia, seks dan nafsu.

Psikologi ala Darwin

Dalam ulasannya yang berjudul “Psychology: Piling On the Selection Pressure” di majalah Science itu, Johan J Bolhuis menyatakan bahwa Charles Darwin memperluas cakupan teori evolusi dalam buku The Origin of Species-nya untuk menjelaskan kemampuan berpikir pada manusia. Ini dituangkan Darwin dalam bukunya yang lain, The Descent of Man, di mana Darwin berpendapat bahwa sifat-sifat pada diri manusia seperti moralitas dan emosi muncul melalui evolusi.

Dalam perkembangan selanjutnya, para pakar di bidang psikologi yang datang kemudian lalu mengekor jejak sang guru Charles Darwin, berusaha menerapkan teori evolusi untuk menjelaskan akal pikiran manusia, atau yang dikenal dengan istilah evolutionary psychology (psikologi evolusioner, yakni psikologi yang dijelaskan menurut teori evolusi). Lebih khusus lagi, psikologi evolusioner mengemukakan bahwa akal pikiran manusia terdiri dari simpul-simpul daya pikir yang berevolusi sebagai tanggapan atas tekanan seleksi yang dihadapi nenek moyang manusia pada Zaman Batu.

Evolusi adalah ideologi

Awalnya berupaya menjelaskan asal usul keanekaragaman makhluk hidup dengan menihilkan pencipta, teori evolusi pun lalu merambah ke ranah psikologi manusia. Ini menyiratkan betapa evolusi bukanlah sekedar teori di bidang biologi semata. Lebih luas dari itu, evolusi adalah ideologi atau akidah ateis materialis, yang diterima benar secara dogmatis, meski tanpa bukti nyata, dan dijadikan penganutnya sebagai cara pandang serta pijakan dalam mengembangkan ilmu-ilmu lain, termasuk psikologi manusia.

Karena dijadikan landasan dogma tanpa bukti di bidang psikologi evolusioner, tidak heran jika terjadi kejumudan dengan menolak penjelasan selainnya. Bolhuis menegaskan permasalahan penting ini:

“The main problem with evolutionary psychology is that it usually does not consider alternative explanations but takes the assumption of adaptation through natural selection as given.”

Permasalahan utama dengan psikologi evolusioner adalah biasa tidak dipertimbangkannya penjelasan-penjelasan alternatif tapi menjadikan anggapan (asumsi) adaptasi melalui seleksi alam sebagai kebenaran yang wajib diterima.

Perkataan di atas adalah bukti jelas yang menggambarkan sifat teori evolusi yang tidak mencerminkan teori ilmiah, melainkan akidah, dogma ataupun ideologi yang wajib diterima dengan menutup diri dari penjelasan lain.

Tak punya bukti

Sang pengarang buku Evolutionary Psychology as Maladapted Psychology, Robert Richardson, adalah pendukung evolusi, yang percaya bahwa kemampuan psikologis manusia merupakan sifat yang terevolusi. Meskipun begitu, filsuf asal University of Cincinnati itu menyatakan bahwa penafsiran psikologi evolusioner dari sudut pandang biologi evolusi adalah salah. Richardson sampai pada kesimpulan tersebut berdasarkan kajiannya yang berpegang teguh pada ilmu pengetahuan, terutama pada metoda-metoda ilmiah yang digunakan dalam penelitian di bidang tersebut.

Menurut Bolhuis, karya Richardson ini merupakan pelengkap karya yang telah terbit sebelumnya, yang juga memberikan bantahan telak terhadap penerapan teori evolusi selama ini di bidang psikologi. Karya yang lebih dulu terbit tahun 2005 itu berjudul Adapting Minds (Akal Yang Beradaptasi), yang juga karya pendukung evolusi, David Buller, pakar filsafat asal Northern Illinois University. Berbeda dari Richardson, karya Buller lebih terperinci, menitikberatkan pada bukti-bukti dan memberikan penafsiran lain.

Para pakar psikologi evolusioner seringkali bersikukuh dengan pendapat mereka hingga timbul kesan bahwa kemampuan nalar manusia hanya dapat dipahami berdasarkan sejarah evolusi manusia. Akan tetapi dalam kajiannya, sebagaimana dituangkan di banyak tempat dalam bukunya Evolutionary Psychology as Maladaptive Psychology, Richardson berkesimpulan bahwa tidak ada bukti sejarah yang dapat digunakan untuk merekonstruksi evolusi kemampuan berpikir manusia.

Contoh nyatanya adalah kemampuan berbahasa pada manusia. Penjelasan yang cenderung digunakan dalam psikologi evolusioner adalah bahwa proses evolusi mendorong kemunculan keterampilan berbahasa tersebut untuk digunakan dalam kelompok masyarakat kompleks. Dengan kata lain, ada kebutuhan akan bahasa. Richardson berpendapat bahwa para pakar fosil mustahil akan menemukan bukti-bukti yang dapat memberikan informasi tentang tatanan sosial masyarakat nenek moyang manusia.

Rekaan belaka

Bahkan kalaupun bukti-bukti yang diperlukan dalam pengkajian kemampuan berpikir manusia berdasarkan psikologi evolusioner dapat dikumpulkan, hal ini tidak akan menghasilkan pengetahuan tentang mekanisme kemampuan berpikir manusia, ulas Bolhuis yang juga menjabat sebagai profesor tamu di Department of Zoology, University of Salzburg, Austria. Sebab, kajian tentang evolusi berkutat pada rekonstruksi sejarah sifat-sifat manusia.

Kajian tersebut tidak, dan tidak dapat, menelaah mekanisme yang terlibat pada otak manusia, yang merupakan bidang kajian ilmu saraf dan psikologi kognitif. Dengan demikian pengkajian psikologi berlandaskan teori evolusi tidak akan pernah berhasil, karena berupaya menjelaskan mekanisme-mekanisme tapi secara tidak tepat mengacu pada sejarah mekanisme-mekanisme tersebut. Ini diibaratkan sang pengarang seperti menjelaskan struktur tanaman anggrek dengan merujuk pada keindahannya.

Di akhir ulasannya mengenai buku Evolutionary Psychology as Maladapted Psychology (Psikologi Evolusioner sebagai Psikologi Salah Tempat), profesor Bolhuis mengatakan bahwa hasil kajian Richardson mengungkap betapa kajian psikologi berdasarkan teori evolusi sebagian besarnya adalah rekaan semata:

In this excellent book, Richardson shows very clearly that attempts at reconstruction of our cognitive history amount to little more than "speculation disguised as results."

Dalam buku luar biasa ini, Richardson memperlihatkan dengan sangat gamblang bahwa upaya-upaya dalam penyusunan ulang sejarah kemampuan berpikir kita sedikit lebih dari “rekaan yang disamarkan sebagai hasil.” (Science 6 Juni 2008, Vol. 320. no. 5881, hal. 1293).

Atau sebagaimana diulas pula dalam editorial buku terbitan The MIT Press (http://mitpress.mit.edu) tersebut:

It is speculation rather than sound science--and we should treat its claims with skepticism. ([Psikologi evolusioner] itu lebih merupakan rekaan daripada ilmu pengetahuan yang mapan – dan kita sepatutnya memperlakukan pernyataan-pernyataannya dengan keraguan).

Mudah-mudahan psikologi evolusioner yang terbukti keliru ini, namun telah lama diajarkan di dunia akademis, tak terkecuali di lembaga pendidikan tinggi terkemuka di Indonesia, semakin mendapatkan pencerahan alternatif. Semoga. [as/science/MITpress/www.hidayatullah.com]

Jumat, November 07, 2008

renungan hari ini

terkadang kita minta pd Allah setangkai bunga segar...DIA beri kita kaktus berduri.
kita minta pd Allah hewan mungil nan cantik...DIA beri kita ulat berbulu.

kadang kita sempat sedih, kecewa,& protes. betapa tdk adilnya ini.
tapi kemudian kaktus itu berbunga sangat INDAH
& ulatpun tumbuh& berubah menjadi kupu2 yg teramat cantik.

itulah jalan Allah...indah pd waktunya.

Allah tdk memberi apa yg kita harapkan.tp Allah memberi apa yg kita perlukan.
walau kadang sedih, kecewa, terluka.
Tapi jauh di atas sgalanya, DIA sudah merajut yg terbaik utk kehidupan kita.