Senin, November 28, 2011

Memotivasi Anak Mengaji


Diasuh oleh:
Dra (Psi) Zulia Ilmawati
Assalamu'alaikum wr. wb.
Saya istri dengan tiga orang anak. Alhamdulillah saya sudah aktif ikut pengajian, walaupun terkadang banyak kendala. Anak pertama saya perempuan, usia 15 tahun dan kelas 3 SMP. Akhir-akhir ini dia sangat sibuk, banyak les karena menjelang ujian nasional. Pulang sekolah tampak capek sekali. Hal itu menyebabkan aktivitas ngajinya juga terhambat. Alasannya ya itu tadi, sibuk dan capek. Malah pernah, dia sakit karena kecapekan. Saya takut memaksa, karena ada kekhawatiran juga kalau-kalau nanti tak lulus ujian. Bagaimana ya Bu, agar dia tetap mengaji dan ujian juga lancar? Mohon tips dari Ibu. Terima kasih sebelumnya.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Ny AN, Bogor.

Wa’alaikumussalam wr. wb.

Ibu AN yang dimuliakan Allah SWT, Alhamdulillah, senang mendengar Ibu aktif ikut pengajian. Karena sebagaimana Ibu pahami, menuntut ilmu itu wajib bagi Muslimin dan Muslimah. Saya salut, walaupun repot mengurus tiga orang anak, Ibu tetap bersemangat untuk mengkaji Islam. Sebab ilmu Islam memang sangat luas, makin banyak kita mengaji, makin banyak yang belum kita ketahui.
Memotivasi anak untuk ikut pengajian di tengah kesibukannya menghadapi ujian nasional memang tidak mudah. Itu merupakan tantangan tersendiri, mengingat ujian nasional juga penting bagi peletak dasar pendidikannya di tingkat lanjut. Tentu Ibu berharap putri Ibu lulus dengan nilai
memuaskan, sehingga bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya dengan baik.
Sebagai anak yang baru tumbuh dewasa, putri Ibu sangat membutuhkan bimbingan. Khususnya dari Ibu. Insya Allah, apa nasihat Ibu akan didengar dan dilaksanakan ananda semaksimal mungkin. Kalau ananda beralasan capek dan sibuk les sana-sini untuk urusan sekolah, Ibu bisa membantunya mengontrol dan membuat prioritas aktivitas sehingga semua bisa terlaksana dengan baik.
Ibu AN yang dimuliakan Allah SWT,

Kunci keberhasilan dalam menyongsong kesibukan yang bertubi-tubi adalah manajemen waktu dan manajemen energi. Dua hal itu bisa diatur
sehingga membuahkan hasil maksimal. Mengenai manajemen waktu, maka Ibu bisa membantu ananda mengatur kembali skedul kegiatannya, agar
waktunya tidak terforsir untuk satu urusan dan mengabaikan kewajiban lainnya. Jangan-jangan kesibukannya les sana-sini, sebenarnya tidak semua dibutuhkan. Atau, tidak efektif dibanding belajar di rumah misalnya. Jadi, bisa dipilah-pilah lagi, mana kegiatan yang super penting, mana yang kurang penting dan seterusnya.
Sementara mengenai manajemen energi, bisa dikelola dengan memilih poros kegiatan yang tidak terlalu menyita tenaga. Coba dihitung-hitung,
berapa jam ananda di rumah dan berapa jam ananda di sekolah? Jika memang poros kegiatan ananda lebih banyak di sekolah, maka bisa disiasati agar
pengajian bisa dilaksanakan di sekolah ananda, di sela-sela waktu kosongnya. Sehingga, tidak butuh energi khusus untuk memulai pengajian. Bandingkan jika ananda harus keluar rumah lagi untuk mengaji, mungkin karena capek, sampai di rumah malas untuk keluar rumah lagi.
Ibu AN yang dimulaiakan Allah SWT,
Ibu bisa juga meminta tolong guru ngaji ananda, agar tak bosan memotivasi ananda supaya rajin ngaji. Ibu perlu membicarakan secara terbuka
kendala-kendala ananda agar guru ngajinya ikut mencarikan solusi. Misal, siapa tahu, guru ngajinya bersedia memberikan materi di rumah sehingga
ananda tidak alasan untuk tidak ikut mengaji. Yang penting, tanamkan kewajiban mengaji yang tak kalah penting dibanding belajar pelajaran sekolah. Bahkan sifatnya fardhu ain.
Terakhir, Ibu jangan patah semangat untuk memotivasi ananda. Tentu dengan penuh kelembutan, empati dan keterbukaan dari hati ke hati. Jangan ada kesan Ibu memaksa ananda untuk ngaji, hingga membuatnya malah makin malas. Komunikasikan segalanya dengan baik. Semoga tips ini membantu Ibu agar ananda kembali bersemangat mengaji.[]