Jumat, September 19, 2008

Klenik-klenik di Istana

ImageTabloid SUARA ISLAM EDISI 52, Tanggal 19 September - 2 Oktober 2008 M/19 Ramadhan - 2 Syawwal 1429 H

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu

“Seandainya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa niscaya Kami bukakan bagi mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka malah mendustakan maka Kami pun menyiksa mereka disebabkan apa yang mereka upayakan.” (Al-A'raf: 96).

Ayat tersebut sangat jelas memberi petunjuk bagaimana suatu negeri akan memperoleh keberkahan. Syaratnya sangat jelas dan gamblang yakni beriman dan taqwa. Iman berarti meyakini dengan keyakinan yang bulat akan keberadaan Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, Malaikat-Nya, Hari Kiamat, serta qadla dan qadar. Sedangkan taqwa berarti menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah secara menyeluruh tanpa ada keberatan sedikitpun.

Nyatanya hal itu jauh dari harapan. Kini di mana-mana justru muncul trend untuk menghidupkan kembali kesyirikan. Budaya-budaya paganisme malah digali kembali. Adat istiadat yang sempat menghilang dari peredaran diangkat lagi dan dijadikan daya tarik wisata. Yang aneh, yang menghidupkan adalah para penguasa dari tingkat pusat hingga daerah yang notabene Muslim. Pantas jika bukan keberkahan yang tercurah tapi musibah yang melanda.

Tumbuhnya nilai-nilai Islam di tengah masyarakat pun belum bisa menghilangkan budaya syirik. Tak hanya orang bodoh, orang pintar pun menjadi pemuja-pemuja berhala baik dalam bentuk setan maupun manusia. Banyak orang mulai mencari peruntungan. Ramalan bintang menjadi pedoman. Sihir dukun menjadi panutan. Omongan para peramal seolah menjadi titah dewa yang tak ada kata salah. Ini semua menambah negeri ini kian jauh dari keberkahan karena banyak penguasanya justru mendustakan ayat-ayat Allah.

Di tengah suasana itu, rakyat disuguhi budaya instan. Bukannya diajari berusaha keras, para penguasa menyuguhkan hal instant. Ingat blue energy, atau belakangan padi Supertoy. Tanpa argumentasi ilmiah yang memadai, presiden pun percaya begitu saja. Nyatanya itu benar-benar tipu-tipu. Para penguasa tampaknya ingin segera memiliki prestasi yang membanggakan di mata rakyat, tapi tidak melalui akal sehat. Bisa jadi ini memang pengaruh budaya klenik dan instan. Maunya serba cepat meski tak masuk akal.

Bila budaya seperti ini terus dipupuk, dapat dipastikan negeri akan kian jauh dari kesejahteraan. Keberkahan diangkat oleh Allah. Setan-setan akan merajalela. Azab mengancam. Musibah tinggal menunggu datang.

Meninggalnya 21 orang di rumah pengusaha Pasuruan H Syaikon, RT 3/RW IV Kelurahan Purutrejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan pada Senin (15/9) saat pembagian zakat seolah menjadi pertanda bahwa zakat bukannya berkah malah menjadi musibah. Semua orang berebut tanpa peduli dengan orang lain. Di mana ukhuwah kita?

Bulan Ramadhan ini seharusnya menjadi bulan perubahan. Berubah dari zaman jahiliyah ke era Islam. Di dalamnya ada saat diturunkan Alquran yang mengubah peradaban manusia dari zaman keterbelakangan menjadi zaman kegemilangan yang hasilnya bisa dirasakan manusia hingga saat ini. Itu diakui siapapun, orang kafir sekalipun, bahwa kedatangan Muhammad SAW membawa Alquran telah mengubah dunia ke arah yang lebih baik.

Karenanya, saatnya kita berubah. Tinggalkan seluruh bentuk paganisme dan kesyirikan. Tidak layak bagi kita sebagai manusia mengabdi kepada sesama makhluk baik itu manusia atau setan. Kita perlu kembali memurnikan pengabdian kita hanya semata-mata kepada Allah. Caranya, tiada lain, kecuali kembali menjalankan ajaran Alquran secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan baik ibadah, sosial, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya. Islam harus menjadi acuan. Dan itu semua akan mengembalikan kita kepada posisi kita semula sebagai 'umat terbaik' (khairu ummah).

Akhirnya di penghujung bulan Ramadhan ini kami sampaikan taqabbalallahu minna wa minkum, shiyaamana wa shiyamakum, kullu amin wa antum bi khair. Selamat Idul Fitri 1429 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Semoga kita semua menjadi hamba yang takwa. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu [redaksi/www.suara-islam.com]

2 komentar:

Unknown mengatakan...

ka'abah asal mualnya jg budaya pagan, gak cuma klenik, duit jg sekarang jd tuhan buat banyak orang, buaday aal perlu di pelihara dengan menyadari bahwa Tuhan semata sumber segala dunia ini.

must gatot mengatakan...

budaya yg tdk bertentangan dg Syariah Alloh saja yg layak n patut tuk dipelihara, selebihx silahkan lenyap dari muka bumi