Lebih dari 64 tahun tanah Palestina dalam cengkeraman
Israel. Berbagai upaya telah dilakukan untuk membebaskan Negara tersebut,
gagal. Kunci kegagalannya, pembebasan itu hanya diserahkan kepada rakyat
Palestina sendiri. Belum lagi, tidak semua bangsa Palestina mau berjuang untuk
membebaskan negerinya dan justru lebih senang menjadi budak Israel.
Padahal, jika mau, tidak sulit mengalahkan Israel. Negara Israel
berpenduduk hanya sekitar 7,7 juta jiwa. Itu jauh lebih kecil dari penduduk
negeri-negeri kaum Muslimin di sekitar Palestina. Hanya persoalannya, tidak ada
kekuatan politik yang menggerakkan kaum Muslimin untuk mengusir Israel dari
bumi Palestina.
Fakta menunjukkan, justru para penguasa Arab menjadi ‘anjing
penjaga’ bagi negara Israel. Merekalah yang menjaga perbatasan Israel dari
masuknya kaum Muslimin yang ingin membantu saudara-saudara mereka di Palestina.
Tentara-tentara kaum Muslimin justru mengarahkan moncong senjata mereka kepada
saudara-saudara mereka sendiri.
Sikap para penguasa pengkhianat negeri-negeri Islam ini
muncul karena mereka adalah antek-antek Israel dan Amerika, baik langsung
maupun tidak langsung. Mereka lebih senang melayani tuannya daripada pengurus
nasib kaum Muslimin.
Maka, Negara Israel dan sekutunya (Amerika dan Barat) harus
dihadapi dengan negara yang memiliki kekuatan politik setara. Dan itu hanya bisa
terwujud jika kaum Muslimin bersatu di bawah satu panji Islam ‘Laa ilaha
illaLlah, Muhammadur rasulullah’.
Hanya dengan itulah, negara Palestina bisa kembali ke
pangkuan kaum Muslimin dan Israel bisa dihapuskan dari peta dunia. Maka, perjuangan
menegakkan kembali Daula Khilafah untuk membebaskan negeri-negeri Muslim dari
tangan penjajah dan dari antek-antek kafir menjadi sebuah keniscayaan. []
Mujiyanto—Media Umat