Sabtu, Desember 27, 2008
Cerpen: Dawai Cinta Dalam Detik Terakhir
Oleh: bungarevolusi
Akbar menarik nafasnya panjang-panjang, udara disebuah pergunungan selatan membuat rongga-rongga dadanya terasa beku, sehingga beberapa kali dia harus menggosok-gossokan telapak tanganya seraya meniup-niup agar terasa sedikit hangat. Sesekali dia menghirup teh panas untuk mencairkan organ-organ yang terasa beku.
"Aku rela.....aku sangat rela" sesekali dia bergumam seperti itu dalam hatinya.
"Dingin?" seseorang wanita yang sangat dicintainya sudah berada dihadapannya.
Akbar sempat terkejut, melihat wajah istrinya yang berseri-seri, tak lagi tampak
pucat.Ria, seorng wanita yang dipersuntingnya satu tahun lalu.
"Kok keluar?"
"Aku bosan!"
"Mau ku bikinkan sesuatu?"
"Tidak!"
"Hm....."
"Aku hanya ingin melakukan apa yang sedang kau lakukan!"
"Kau ingin meniruku ?"
"Ya!"
Akbar mengajarkan Ria untuk menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkanya perlahan.
Dan Ria seperti murid yang patuh pada gurunya, Ria melakukan apa yang akbar
perintahkan.
"Pejamkan matamu!" perintah Akbar, Ria pun mengikuti perintah suaminya itu.
"Tarik nafasmu dalam-dalam, dan keluarkan perlahan. seraya ucapkan subhanallah"
beberapa kali Ria memperaktekan apa yang Akbar perintah.
"Sudah, cukup! Bagaimana?" Tanya akbar seraya meminta suatu kabar yang
membahagiakan.
"Alhamdulillah segar rasanya"
"Alhamdulillah"
AKbar memeluk Ria dengan erat, di sapa halus tubuhnya yang gontai, dirangkul lembut
tubuhnya yang kurus.
"Bertahanlah sayang"
Seraya mengucapkan kalimat indah ditelinganya.
"Aku bertahan untukmu"
Ria menjawab dengan Pilu.
Pagi itupun seraya menjadi saksi atas kekuatan cinta mereka, kekuatan cinta yang dimulai oleh sebuah ikatan suci. Jodoh ! Seperti maut, yang tak bisa dipaksakan ataupun dihindarkan. Begitulah Ria dan AKbar dipertemukan.
Vila yang tak begitu megah disebuah tempat tinggi, daun-daun yang masih bersinar-sinar. Kebun teh yang terlihat jelas dari sebelah kanan sisi jendela. Membuat Ria merasa nyaman berada ditempat itu. Tambah sempurna kenyamanan itu dengan kehadiran suami yang begitu setia dan sayang padanya. Waktu dengan lincah bermain, berputar, bersenandung setiap satu jam sekali. Hingga senja tiba lagi.
"AKu ingin bermain ditaman!"
Pinta Ria yang mengejutkan AKbar saat membuatkan teh untuknya.
"Taman?"
"Ya taman!"
"Mana ada taman?"
AKbar heran, dia merasa tak ada taman yang bisa mereka teduhi di Vila ini. Ria
tersenyum manja.
"Kamar kita adalah taman kita!"
Akbar meneteskan air matanya perlahan.
"Allah....berikan aku kesabaran menghadapi semua ini" pintanya dalam hati
Mereka akhirnya berdiam dalam "TAMAN", sebuah kasur yang hangat, Tivi 21", sofa berukuran tiga orang. dan lampu kamar yang terang benderang menemani mereka. Akbar duduk menemani Ria diteras kamar, jika melihat keluar pemandangan "syurga" pun terasa.
"Lihat....." Ria menunjuk kesebuah matahari yang akan terbenam.
"SUbhanallah" AKbar bertasbih
"Subhanallah bukan suamiku? indah...Tapi...."
"Tapi....?"
"keindahan itupun akan sirna saat dia terbenam"
"Benar!"
"Sama akan halnya diriku, diriku pun akan sirna pada massanya"
AKbar terlihat pucat pasi, dia selalu meraung-raung dalam hati jika istrinya berkata
yang aneh-aneh
"Sabar....."
Ria melemparkan senyuman indah yang terukir dibibir mungilnya, mengecup kening
suaminya.
"Kita akan dipertemukan di syurga"
Bisik Ria ditelinga kanan akbar, ria merapat. Tubuhnya terasa menggigil.
"Peluk aku!"Pintanya
Akbar memeluk ria dengan dada yang bergemuruh. dia merasakan ketakutan yang sangat
dahsyat.
"Tak apa, Im Okey!"
Ria masih tersenyum hangat.
"Bacakan aku Surat Mariam!" Pintanya lagi.
AKbar menatap istrinya tajam.
"Masih hafalkan ? masih ingat jugakan saat malam pengantin kau membacakannya
untukku, sebagai syarat kau menyentuhku!"
Ria dan Akbar tertawa kecil
"Iyya, saat itu aku gugup sekali, berhadapan dengan bidadari dunia yang begitu
dahsyatnya. Bidadari yang Allah turunkan untukku"
Ria tersipu malu sejenak.
"Ayo...bacakan lagi!"
Akbar membacakan SUrat mAriam hingga senja terbenam, dan memasuki waktu alam berseru pada sang Kholik. Mereka segera menunaikan sholat maghrib berjama'ah. Alam menjadi saksi kedua insan ini sholat dengan khusyuknya. Setaip takbir, Tahmid di senandungkan dengan syahdu. hingga sujud terakhir. Ria sebagai makmum sangat menghayati ayat-ayat suci yang dilantunkan suaminya saat sholat berjama'ah. Tiba saatnya salam. Akbar menoleh kebelakang, dia tak mendengar suara istrinya menjawab salam.
"Astagfirullah" Dilihatnya Ria sudah tergeletakl bersimbah darah lewat hidungnya
"Ria....................!"
"Innalillahi wainailahi rajiun"
AKbar menangis terisak, tersenyum seketika.
"Alhamdulillah yah Allah, Kau mengakhirkan penderitaan istriku"
Penderitaan yang ria alami selama satu tahun setalah menikah dengan Akbar, setelah dokter memvonis Leukimia pada saat pernikahanyya berumur dua bulan. kedua Insan yang diUji olehNya. dengan Rahman dan RahimNya. Allah Maha dari segala Maha Maha suci
Allah.....
Bekasi, 29 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar